SISTEMEKONOMI DAN BENTUK MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT SUKU SAKAI DI RIAU. Juheri Septiawan / A / SR. Dalam kehidupan sosial masyarakat suku sakai sangat dipengaruhi oleh factor alam terdapat pada mata pencahariannya. Masyarakat suku sakai memiliki banyak bentuk mata pencaharian, hal ini dikarenakan system ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riau, baik Riau daratan maupun Riau kepulauan, mempunyai latar belakang sejarah yang cukup panjang. Berbagai tinggalan budaya masa lampau banyak ditemukan di wilayah provinsi itu. Dalam buku Sejarah Melayu disebut bahwa Melayu adalah nama sungai di Sumatera Selatan yang mengalir disekitar bukit Si Guntang dekat Palembang. Si Guntang merupakan tempat pemunculan pertama tiga orang raja yang datang ke alam Melayu. Mereka adalah asal dari keturunan raja-raja Melayu di Palembang Singapura, Malaka dan Johor, Minangkabau dan Tanjung Pura. Pada waktu itu sebutan Melayu merujuk pada keturunan sekelompok kecil orang Sumatera pilihan. Seiring dengan berjalannya waktu definisi Melayu berdasarkan ras ini mulai ditinggalkan. Peralatan merupakan factor penting dalam melakukan suatu aktivitas pekerjaan selain tenaga dan pikiran. Dalam masyarakat melayu ada beberap peralatan yang sering digunakan diantaranya peralatan dalam rumah tangga, alat- alat yang digunakan nelayan, alat- alat yang digunakan saat bertani atau, alat-alat yang digunakan dalam bermain musik, alat-alat yang digunakan dalam berburu. Dalam makalah ini penulis mengambil cakupan tentang alat- alat yang digunakan dalam bertani atau berkebun,. Semoga dengan makalah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada pembaca mengenai alat-alat apa saja yang digunakan oleh para petani dalam melakukan aktivitasnya dalam bertaniatau berkebun. Teknologi pertanian adalah penerapan dari ilmu-ilmu terapan dan teknik pada kegiatan pertanian. Pada awalnya teknologi dibuat oleh manusia untuk mempermudah berbagai pekerjaan yang dilakukan. Dalam 100 tahun ini berbagai teknologi ditemukan oleh manusia mulai berkembang pesat, mulai dari bidang transportasi hingga informasi tidak terkecuali dunia pertanian. B. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas guru mata pelajaran Muatan Lokal MULOK serta memberikan wawasan kepada kita semua mengenai peralatan Masyarakat Melayu Riau. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan difinisi alat Alat adalah benda yang digunakan untuk mengerjakan ssesuatu yang fungsinya adalah untuk mempermudah pekerjaan. Alat disebut juga sebagai perkakas atau perabotan. Dahulukala manusia berpendapat bahwa alat identic dengan mansia. Karena hanya manusia yang mempunyai akar dan pikiran sehingga mempunyai kemampuan untuk menghasilkan suatu karya cipta. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI macam-macam alat antara laian adalah 1. Alat rumah tangga, 2. Alat pertanian, 3. Alat transportasi, 4. Alat music, 5. Alat pembayaran dan alat listrik. B. Pengertian Teknologi Menurut Prayitno dalam Ilyas 2001, teknologi adalah seluruh perangkat ide, metode, teknik benda-benda material yang digunakan dalam waktu dan tempat tertentu maupun untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan menurut Mardikanto 1993, teknologi adalah suatu perilaku produk, informasi dan praktek- praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan atau diterapkan oleh sebagian warga masyarakat dalam suatu lokasi tertentu dalam rangka mendorong terjadinya perubahan individu dan atau seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. Soeharjo dan Patong 1984 dalam Wasono 2008 menguraikan makna teknologi dalam tiga wujud yaitu cara lebih baik, pemakai peralatan baru dan penambahan input pada usahatani. Lebih lanjut dikatakan bahwa teknologi hendaknya memiliki syarat- syarat sebagai berikut 1 teknologi baru hendaknya lebih unggul dari sebelumnya 2 mudah digunakan; dan 3 tidak memberikan resiko yang besar jika diterapkan. Mosher 1985, teknologi merupakan salah satu syarat mutlak pembangunan pertanian. Sedangkan untuk mengintroduksi suatu teknologi baru pada suatu usahatani menurut Fadholi 1991, ada empat factor yang perlu diperhatikan yaitu 1 secara teknis dapat dilaksanakan 2 secara ekonomi menguntungkan 3 secara sosial dapat diterima dan 4 sesuai dengan peraturan pemerintah. Suatu teknologi atau ide baru akan diterima oleh petani jika 1. memberi keuntungan ekonomi bila teknologi tersebut diterapkan profitability; 2. teknologi tersebut sesuai dengan lingkungan budaya setempat 3. kesesuai dengan lingkungan fisik physical compatibility; 4. teknologi tersebut memiliki kemudahan jika diterapkan; 5. penghematan tenaga kerja dan waktu dan 6. tidak memerlukan biaya yang besar jika teknologi tersebut diterapkan Mardikanto,1993. Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa teknologi adalah hal-hal yang baru yang belum diketahui, diterima dan digunakan banyak orang dalam suatu lokasi tertentu baik berupa ide maupun berupa benda atau barang. Suatu teknologi dapat diterima oleh masyarakat khususnya petani jika teknologi tersebut memenuhi syarat-syarat sebagai berikut 1 segi teknis mudah digunakan, 2 segi ekonomi dapat memberi keuntungan, dan 3 segi sosial budaya dapat diterima serta tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada/berlaku. Teknologi memegang peranan penting dalam pengembangan potensi sumberdaya tanaman pangan, sumberdaya peternakan dan sumberdaya perikanan. Teknologi yang dihasilkan dari penelitian dan pengkajian litkaji akan menjadi sia-sia jika tidak diaplikasikan di lapangan, terutama dalam upaya pemberdayaan masyarakat tani. C. Teknologi Berburu Masyarakat Melayu Riau Alat-alat yang dipakai oleh masyarakat Melayu Riau untuk berburu antara lain Lembing, Lapun, Jerat Getah Kayu, Lastik. Peralatan tersebut dipergunakan dengan cara yang berbeda, seperti yang diperkatakan berikut 1. Lembing Lembing yang seluruhnya terbuat dari besi baik mata maupun tangkainya terbuat dari besi. Lembing biasanya, digunakan untuk berburu babi dan binatang liar lainnya di hutan. Lembing terdiri atas 2 macam a. Lembing yang seluruhnya terbuat dari besi baik mata maupun tangkainya terbuat dari besi. b. Lembing yang matanya saja yang terbuat dari besi, sedangkan tangkainya terbuat dari kayu bambu panjang kira-kira 2,5 m. 2. Lapun Lapun ialah alat berupa jaring yang terbuat dari benang, rotan, atau akar. Lapun dibuat lebih besar sedikit sata dari sarang burung, ditempatkan di atas sarang burung, dan diberi tali atau benang panjang sebagai alat penarik atau penyentak dari jauh. Lapun biasanya digunakan untuk menangkap burung. 3. Jerat Jerat ialah alat penangkap binatang yang terbuat dari tali, rotan, atau akar yang dibentuk melingkar di atas tanah atau di atas dahan kayu tempat hewan selalu melintas. Jerat juga diberi tali panjang sebagai alat penarik atau penyentak. Jerat ini juga dipergunakan untuk menangkap ayam. Jerat juga dapat dibuat dari bambu atau kayu yang memiliki daya pegas. Jerat seperti ini digunakan untuk menangkap Tupai atau kera. Biasanya, Jerat juga menggunakan tali yang dibentuk melingkar untuk menjerat mangsa. Kayu atau bambu, biasanya melenting bila diinjak bagian tertentu dan akan menyentak tali melingkar tadi sehingga menjerat mangsanya. 4. Getah Kayu Getah Kayu ialah alat yang dipergunakan untuk menangkap burung. Getah yang dipergunakan biasanya getah pulai. Getah ini diolah sedemikian rupa sehingga memiliki daya lekat yang kuat. Getah dioles di sebuah lidi ijuk dan dipasang di atas ranting kayu tempat burung biasa mencari makan, minum atau sekedar tempat beristirahat. 5. Lastik Ketapel Ketapel dapat juga digunakan sebagai alat berburu burung. Lastik terbuat dari karet gelang maupun karet dan bekas yang dipotong menurut ukuran yang sesuai. Karet ini dubuat pada kayu bercabang dua yang befungsu sebagai tangkai Lastik. Pada bagian lain, karet diikat pula pada potongan kulit sepatu bekas yang berfungsi sebagai tempat peluru. D. Teknologi Berdagang Masyarakat Melayu Riau Beberapa ciri atau tanda Masyarakat Melayu Riau dalam berdagang yakni berprilaku disiplin, jujur, tekun dan santun; mengambil risiko dengan penuh perhitungan; memiliki daya kreasi, motivasi dan imajinasi; hidup efisien dan tidak tidak boros; mampu memotivasi orang lain untuk saling bekerjasama; mampu menganalisis kesempatandan melihat peluang-peluang untuk pengembagna usaha. Meredith menjelaskan ciri-ciri wirausaha yakni; percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan dan berorientasi kemasa depan. Ada beberapa peralatan yang digunakan oleh Masyarkat Melayu Riau diantaranya Kewirausahaan dalam budaya Melayu merupakan bagian terpenting dalam kehidupan masyarakat. Kebiasaan berdagang dan berjual beli tidak hanya dilakukan Raja atau Sultan tetapi juga oleh masyarakat. Pada masanya Sultan berdagang ke Singapore, Johor dan Semenanjung Melaka dengan membawa hasil alam termasuk hasil produksi masyarakat hingga keberbagai mancanegara. Kebiasaan berdagang dan berjual beli telah lama tertanam dalam masyarakat Melayu, terutama dilakukan di daerah pesisir dan sungai yang merupakan urat nadi perekonomian masyarakat. Bahkan diawali melalui perdagangan barter sampai dengan perdagangan dengan menggunakan mata uang. Nilai-nilai kewirausahaan ditunjukkan oleh sang pemimpin terhadap rakyatnya, artinya masyarakat tidak hanya menanam, berproduksi dan menghasilkan sesuatu tetapi lebih dari itu harus mampu menjual hingga sampai kengeri orang lain. Falsafah inilah yang melandasi bahwa orang Melayu itu pandai berdagang, melaut dan berlayar hingga sampai ke Madagaskar. Bakat dan mental dagang dalam masyarakat Melayu telah ada sejak dahulu hingga sekarang ini sehingga disebut sebagai bangsa ”Peniaga”, artinya sudah ada bakat dan mental kewirausahaan yang tertanam, sehingga kalau adanya ungkapan yang mengatakan bangsa Melayu itu ”Pemalas”, sangat bertentangan dengan adat istiadan melayu. Beberapa alat yang digunakan dalam berdagang diantaranya Dacing adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menimbang berat suatu barang. Alat yang terbuat dari perunggu ini digunakan oleh para pedagang untuk menimbang berat suatu barang. Gantang adalah alat yang digunakan untuk menakar volume beras. Dari segi bahannya, alat ini ada yang terbuat dari kayu dan ada yang terbuat dari logam. Kayu yang dijadikan alat ini adalah kayu yang keras tetapi seratnya lembut. Dan, kayu itu oleh masyarakat setempat disebut padero. Kayu tersebut dibuat sedemikian rupa, sehingga berbentuk bulat lonjong dengan tinggi sekitar 1,5 cm dan lebar “mulutnya” berdiameter 10 cm. Sedangkan, gantang yang terbuat dari logam dapat diperoleh dengan mudah karena telah diproduksi oleh pabrik. Gantang logam ini disamping mudah didapat tetapi juga tahan lama. Oleh karena itu, gantang kayu sudah mulai ditinggalkan. E. Teknologi Berkebun Masyarakat Melayu Riau a. Cangkul atau Pacul adalah satu jenis alat pertanian tradisional yang digunakan dalam proses pengolahan tanah pada lahan pertanian. Cangkul digunakan untuk menggali ataupun untuk meratakan tanah. Alat ini merupakan elemen penting dalam bidang pertanian terutama pertanian ladang kering. Cangkul dibuat dari baja sehingga alat ini sangatlah kuat Cangkul adalah alat untuk menggali tanah dan membalik tanah, yang terbuat dari lempengan besi dan diberi tangkai disebut hulu cangkul dari kayu sebagai pegangan, yang panjangnya kira- kira 100 -180 cm. Bagian sebelah bawah lempengan besi cangkul ditajamkan dan disebut mata cangkul. b. Cakar Ayam adalah alat yang biasa digunakan untuk menguraikan sampah-sampah. Alat ini sangat berguna bagi mereka yang bekerja di tempat pembuangan sampah. Dengan alat cakar ayam ini akan memudahkan dalam memilah-milah sampah. Alat ini sama fungsinya dengan garuk sampah, tetapi bentuk dan juga kekuatannya berbeda. Alat cakar ayam ini terbuat dari besi sehingga alat ini jauh lebih kuat dan lebih awet dibandingkan dengan garuk sampah yang hanya terbuat dari lempengan drum. Nama cakar ayam sendiri dipakai karena bentuk dari alat ini yang menyerupai cakar ayam yang berupa tiga jari. Untuk bagian pegangannya juga menggunakan garan dari kayu agar mudah dalam penggunaanya. c. Alat pengerat atau pemotong yang terbuat dari bilah besi yang agak tebal bagian sebelah bawahnya untuk mengerat atau memotong disebut mata parang diasah sehingga tajam, sedangkan bagian atasnya disebut punggung parang tidak diasah sehingga tetap tebal tumpul. d. Parang juga diberi tangkai atau hulu sebagai pegangan yang terbuat dari kayu, tetapi hulunya pendek saja lebih kurang segenggaman lebih yang dibentuk agak bengkok ujungnya agar tidak lepas ketika dipegang. e. Kampak atau Kapak adalah alat yang biasa digunakan untuk memilah kayu ataupun menebang pohon yang berukuran kecil maupun besar. Kampak ini terbuat dari besi baja sehingga sangatlah kuat untuk menebang pohon. Bentuk dari alat kampak ini yaitu berupa lempengan landepan pada bagian utamanya. Sementara pada bagian kepala terdapat lubang untuk dipasang garan. f. Arit atau sabit adalah satu alat bantu pertanian sejenis pisau berbentuk melengkung yang digunakan untuk memotong berbagai jenis tumbuhan, rumput-rumputan, padi, jagung bahkan alat ini biasa digunakan untuk memotong kayu. Bagian dalam dari lengkungan berbentuk tajam, bentuk lengkung ini memudahkan dalam proses memotong dengan cara mengiris bagian bawah tanaman yang dipotong dengan cara mengayunkan seperti gerakan memarang dengan satu tangan, atau ketika untuk mengumpulkan rumput atau memanen tanaman padi tangan yang lain biasanya memegang pokok tanaman yang akan di tebas. Alat pertanian arit ini terbuat dari besi baja sehingga tidak akan peyok saat digunakan. Pada bagian pegangan arit atau sabit ini terbuat dari kayu yang disebut garan. Dengan di pasangnya garan ini akan memudahkan dalam penggunaannya sekaligus lebih enak untuk dibawa. g. Gathul adalah alat pertanian byang digunakan untuk melubangi tanah pada saat petani menanam kacang, padi, jagung dan lain-lain. Gathul merupakan alat yang sangat penting untuk para petani lading tanah kering. Karena alat ini merupakan bagian tak terpisahkan bagi para petani terutama pada daerah ladang. Selain itu gathul juga berfungsi untuk mencabuti rumput- rumput liar yang bisa mengganggu tumbuhnya tanaman petani. Gathul ini ada yang terbuat dari baja dan ada juga yang terbuat dari besi biasa. Sementara untuk bentuk alat ini yaitu terdiri dari bagian utama, bagian tangkai, dan bagian pegangan. Pada bagian utama yaitu berupa lembaran daun besi, pada bagian tangkai menghubungkan anatara bagian utama dengan bagian pegangan. Dan pada bagian pegangan itu sendiri dengan menggunakan pegangan atau garan yang terbuat dari kayu. h. Pengait rumput adalah alat yang dibuat dari ranting kayu yang tidak mudah patah. i. Parang panjang adalah alat yang digunakan untuk menebas rerumputan liar di perkebunan kelapa, persawahan, perladangan dan lain-lain. F. Teknologi Bertani Masyarakat Melayu Riau Adapun beberapa peralatan yang digunakan Masyarakat dalam bertani anatara lain 1. Galah adalah alat yang dipakai petani untuk merebahkan batang padi agar mudah dituai. Galah terbuat dari bambu yang dipotong sepanjang 3-5 meter, lalu dibersihkan ranting-ranting serta dihaluskan ruas-ruasnya. 2. Tuai atau ani-ani adalah alat untuk memotong tangkai padi saat dipanen. Tuai terbuat dari kombinasi beberapa bahan, antara lain besi untuk mata tuai, papan kayu untuk badan tuai, dan bambu untuk gagang tuai. Panjang gagang tuai 6 cm, badan tuai 14 cm, dan mata tuai 5 cm. Bentuk tuai mirip seperti seekor burung yang memiliki dua kepala. 3. Jangki adalah alat berbentuk keranjang yang digunakan untuk mengangkut padi seusai dituai panen. Bagian atas jangki berukuran 70 cm dan dibuat lebih besar daripada bagian bawahnya yang tertutup. Sementara tinggi jangki berukuran sekitar 105 cm. Jangki dibuat dari rotan yang dibelah-belah lalu dianyam. Agar tidak mudah rusak, pada bagian samping, atas, dan bawah jangki dilapisi bilah kayu di keempat sudutnya. Salah satu sisi badan jangki dipasang tali yang berfungsi untuk mengalungkan ke punggung. 4. Karung goni adalah karung yang biasa digunakan untuk tempat gula pasir atau beras. Karung goni diperoleh petani dengan cara membeli. Karung ini digunakan sebagai tempat padi setelah dituai panen. 5. Gerobak adalah alat untuk mengangkut padi. Di Jambi, gerobak juga disebut pedati. Angkutan tradisional beroda dua ini ditarik oleh sapi atau kerbau. Gerobak terbuat dari bahan kayu, mulai dari roda, tali kekang, badan gerobak, hingga penghubung antara badan dengan leher sapi. Panjang gerobak kurang lebih 250 cm, sedangkan badan gerobak 100 cm. 6. Bilik lumbung/belubur adalah bangunan berbentuk rumah tempat menyimpan padi setelah dipanen untuk jangka waktu lama. Bilik di Jambi beratap seng yang bertujuan agar matahari terus mengeringkan padi di dalamnya. Dinding dan tiang bilik terbuat dari kayu meranti. Lantainya dari papan. Lebar bilik kurang lebih 2-3 meter dengan bagian bawah agak mengecil. 7. Seput, sumpitan, atau semput adalah alat berburu sekaligus permainan tradisional masyarakat Melayu. 8. Tajak adalah sejenis alat yang digunakan untuk menebas rerumputan hingga ke akar-akarnya. 9. Jebak adalah perangkap yang dibuat untuk menangkap binatang seperti burung, biawak, musang, landak dan lain-lain. Jebak biasanya dibuat dari rotan atau bambu yang dibelah dengan ukuran kecil, lalu dianyam sesuai dengan yang diinginkan. 10. Dacing adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menimbang berat suatu barang. Alat yang terbuat dari perunggu ini digunakan oleh para pedagang untuk menimbang berat suatu barang. 11. Gantang adalah alat yang digunakan untuk menakar volume beras. Dari segi bahannya, alat ini ada yang terbuat dari kayu dan ada yang terbuat dari logam. Kayu yang dijadikan alat ini adalah kayu yang keras tetapi seratnya lembut. Dan, kayu itu oleh masyarakat setempat disebut padero. Kayu tersebut dibuat sedemikian rupa, sehingga berbentuk bulat lonjong dengan tinggi sekitar 1,5 cm dan lebar “mulutnya” berdiameter 10 cm. Sedangkan, gantang yang terbuat dari logam dapat diperoleh dengan mudah karena telah diproduksi oleh pabrik. Gantang logam ini disamping mudah didapat tetapi juga tahan lama. Oleh karena itu, gantang kayu sudah mulai ditinggalkan. 12. Kaleng juga dapat dipakai untuk menakar volume beras. Namun, jarang yang melakukannya. Kebanyakan kaleng dipakai untuk menakar kacang tanah, jagung dan cabe giling. Ukuran kaleng beraneka ragam, namun bentuknya sama, yaitu persegi panjang kotak. Kaleng yang terbesar kira-kira berukuran 30 x 30 x 50 cm. Cara memperolehnya adalah memanfaatkan kaleng bekas tempat minyak sayur, roti kering, kapur/gamping sirih, atau tempat barang-barang lain yang memakai bahan dari kaleng/seng yang berbentuk kotak. 13. Cupak adalah alat yang digunakan untuk menakar atau menentukan volume suatu barang yang berbutir beras, kedelai, kacang tanah dan lain-lain. Alat ini dibuat dari tempurung kelapa yang sudah dibersihkan dan dihaluskan. Cupak juga sering digunakan untuk mengeluarkan beras dari karung ke gantang, namun beras yang dimasukkan ke dalam cupak ini jumlahnya relatif kecil. Selain untuk alat takar, cupak juga digunakan oleh para ibu rumah tangga untuk mengukur/menakar beras yang akan ditanak. 14. Canting fungsinya sebenarnya sama dengan cupak, yaitu alat untuk menakar beras. Bedanya, jika cupak terbuat dari tempurung kelapa, maka canting terbuat dari seng kaleng bekas produk susu. Cara membuatnya adalah dengan memotong salah satu bulatan di ujung kaleng, lalu dibersihkan dan jadilah alat yang disebut sebagai canting. Alat ini dinilai lebih praktis ketimbang cupak. Oleh karena itu, cupak sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. 15. Taning adalah tali yang terbuat dari ilalang atau kulit bambu yang diikatkan pada buah-buahan yang dipetik dengan tangkainya rambai, petai, rambutan dan lain-lain. Jadi taning dapat berarti ikat. Contohnya, satu taning rambai berarti satu ikat rambai, satu taning petai berarti satu ikat petai. Dalam satu taning terdiri dari 5-10 tangkai buahan-buahan. G. Teknologi Bahari Masyarakat Melayu Riau Kata bahari mempunyai dua pengertian. Pertama, bahari yang berarti zaman kuno ancient, yang semasa dengan masa adanya catatan sejarah sampai pada masa kemaharajaan Roma 467 A. P. Wojowasita dan Poerwadarminta, 1974 atau sesuatu yang terkenal dan/atau sudah tidak penting lagi pada akhir-akhir ini, tetapi ada sejak masa lalu Websters, 1966. Kedua, bahari ditafsirkan dari akar kata bahasa Arab yang banyak mempengaruhi bahasa Melayu, yaitu bahari yang berarti laut atau sungai besar. Dalam tulisan ini pengertian yang dipakai ditekankan pada yang pertama, walaupun dalam pembahasannya pengertian yang kedua akan tercakup. Teknologi bahari yang dimaksud di sini adalah teknologi yang dipakai oleh masyarakat Melayu Riau dalam mendayagunakan sumber daya alam yang ada di sekitarnya untuk mencapai keperluan hidupnya sejak zaman kuno. Di antara teknologi tersebut ada yang masih digunakan hingga hari ini. Terdapat anggapan bahwa beberapa peralatan dan matapencaharian khas yang masih ditemukan dalam masyarakat Melayu Riau sekarang ini berasal dari masyarakat Melayu bahari. Bukti lain menunjukkan bahwa ditinjau dari segi matapencahariannya, suatu keluarga Melayu bahari jarang sekali bergantung pada satu macam matapencaharian, sehingga mereka tidak bergantung pada satu jenis teknologi. Dengan cara hidup yang demikian mereka tidak terikat pada satu sumber ekonomi, sehingga selalu ada teknologi cadangan atau matapencaharian lain yang berperan sebagai cadangan Mubyarto, 1979 243. Namun hal itu mengakibatkan tidak berkembangnya spesialisasi pekerjaan, sehingga teknologi yang ada tidak meningkat pesat. Keragaman matapencaharian masyarakat Melayu di bagian daratan Sumatera Riau Daratan dapat dijadikan dasar untuk menelusuri keragaman teknologi yang ada dalam masyarakat. Hamidy 1983 memperkenalkan istilah tapak lapan yang berarti delapan matapencaharian masyarakat Melayu di Rantau Kuantan. Adapun kedelapan matapencaharian itu adalah 1 beladang berladang, menanam padi di ladang dan sawah; 2 bakobun berkebun getah, tanaman muda, dan palawija; 3 bataronak beternak, memelihara binatang ternak; 4 mengusahakan niro mengambil air nira dari batang enau; 5 batukang bertukang; 6 baniago berniaga; 7 bapakarangan, mempunyai peralatan menangkap ikan, menjadi nelayan; dan 8 mendulang emas Hamidy, 1982 18-25. Setiap jenis matapencaharian biasanya mempunyai beberapa cara dan alat. Alat dan cara penggunaannya akan menampakkan teknologinya. Peralatan dan cara penggunaannya dipengaruhi oleh lingkungan dan sumber daya yang akan diolah, sehingga lahir berbagai teknologi. Walaupun teknologi itu menghasilkan hal yang sama atau mempunyai fungsi yang sama, tetapi teknologi tersebut tetap berbeda. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa masyarakat Melayu mampu secara aktif menghasilkan berbagai teknologi dan sekaligus mengembangkannya sesuai dengan fungsi dan pengaruh lingkungan tempat digunakannya teknologi tersebut. Masyarakat Melayu tidak canggung dengan perubahan teknologi, asal teknologi tersebut lebih menguntungkan dan mudah diterapkan, seperti teknologi dalam per­tanian. Teknologi untuk menghasilkan padi misalnya, bermula dari ladang berpindah di pinggir sungai jauh dari desa, yang berkembang menjadi ladang baruh ladang dekat desa. Kemudian karena alasan pertambahan penduduk, pembangunan pemukiman, dan untuk menghindari banjir, mereka melakukan ladang kasang ladang tegalan, dan bila pengairan memungkinkan, akhirnya berkembang menjadi sawah. Untuk menghasilkan padi, mereka tentu harus mengupayakan alat dan cara mengolah lingkungan tersebut, dan pada akhirnya menghasilkan teknologi sendiri. Alat yang diperlukan dalam ladang berpindah hanya lading parang, beliung, api, tajak, tuai, ketiding, dan kopuk untuk mengangkat dan menyimpan padi, sedangkan pada ladang baruh diperlukan sabit, cabak, garo, tembilang, ajak, tuai, kembut, dan rangkiang. Dengan diperkenalkannya tanaman baru seperti karet, jagung, ubi kayu, ubi jalar, cengkih, dan sebagainya, teknologi yang dimiliki orang Melayu kemudian semakin berkembang dan beraneka ragam. Hanya saja penelitian tentang proses dan mekanis­me perkembangan, serta sejauh mana proses perubahan tersebut dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Melayu sejak zaman bahari masih sangat langka. Secara sederhana, teknologi bahari yang dimiliki masyarakat Melayu Riau dapat dikelompokkan dalam bidang teknologi pertanian, perikanan, peternakan, pertukangan, perkapalan, pertambangan, dan pengolahan makanan. Dalam pertanian dikenal teknologi berladang dan cara pengolahan tanah tebas, tebang, bakar porun. Teknologi ini merupakan teknologi bahari yang paling menonjol. Ternyata cara pengolahan tersebut tetap dipakai dalam usaha perkebunan kelapa sawit dan perkebunan lainnya yang sedang digalakkan di Riau saat ini. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Peralatan merupakan factor penting untuk melakukan suatu aktivitas atau suatu pekerjaan. Untuk itu peralatan tidak hanya harus dipakai terus menerus tanpa memperhatikan kondisinya. Peralatan juga harus terus dijaga atau dirawat, agar ketahanan dari alat-alat tersebut lebih lama. B. Saran Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik beserta saran agar penulis bias memperbaiki makalah penulis dilain kesempatan. Makalahmata kuliah Agama Islam ini mengangkat materi " Peralatan Berkebun dalam Masyarakat Melayu Kepulauan Riau ". Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan bagi kita mengenai peralatan-peralatan yang digunakan masyarakat melayu khususnya di Kepulauan Riau ini. Ladang padi. Berladang merupakan salah satu mata pencaharian utama dalam sistem ekomomi tapak lapan foto Tapak lapan adalah konsep ekonomi tradisional untuk menyebutkan beberapa jenis pekerjaan masyarakat Melayu. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan orang Melayu yang tidak hanya melakonkan satu jenis pekerjaan. Lazimnya apabila pagi mereka berkebun, sorenya menangkap ikan, dan adakalanya juga selesai berkebun, mereka juga mencari hasil hutan atau beniro mengambil air enau. Penggabungan dua atau lebih jenis pekerjaan ini merupakan kiat atau cara masyarakat Melayu berhubungan dengan alam. Sebab dengan pola itu, mereka bisa melihat hubungan dan saling ketergantungan antara manusia dengan alam, serta hubungan antara flora dan fauna dengan hutan tanah. Konsep ekonomi tapak lapan membuat puak Melayu tradisional jarang jatuh miskin dan kelaparan. Mereka selalu punya cadangan yang memadai dari beberapa jenis pekerjaan. Namun, saat ini, setelah setelah lingkungan hidup berupa tanah ulayat mereka diintervensi dengan kekuasaan yang curang dan pemilik modal yang serakah, mereka terdesak, dan saat inipun kebanyakan dari masyarakat Melayu bersandar dari satu jenis pekerjaan saja. Akibatnya mereka sangat rentan mendapat resiko. Padahal dulu mereka adalah pedagang, petani, dan tukang yang merdeka, yang hanya sekedar menanti peningkatan sumber daya menusia untuk meningkatkan taraf hidupnya. Delapan macam pencaharian ini, juga memperlihatkan betapa Melayu di Riau mempunyai khazanah budaya yang panjang. Budaya masyarakat Melayu tersebut adalah budaya perairan, laut maritim, pesisir, aliran sungai, niaga dagang, dan bandar pelabuhan. Budaya demikian, telah membentuk mentalitas mereka menjadi manusia yang independen, pragmatik, mudah bergerak ke mana-mana mobil bisa bersaing, memperlihatkan kulitas teknis serta punya harga diri yang tinggi. Bidang-bidang Tapak LapanBidang-bidang pekerjaan dalam lingkup tapak lapan adalah berladang, beternak, menangkap ikan, beniro menetek enau, mengambil hasil hutan atau hasil laut, berkebun, bertukang, dan berniaga. Berladang pertanian. Berladang atau bersawah untuk pemenuhan keperluan bahan makanan pokok. Jenis pekerjaan ini dapat saja ditransformasikan dengan bersagu yang masih dikekalkan oleh sebagian orang Melayu misalnya dalam masyarakat rawa atau pesisir. Ada pula jenis pekerjaan menanam ubi atau berkebun jagung atau sayur-sayuran. Berkebun tanaman keras atau tanaman tahunan perkebunan. Jenis pekerjaan ini, mendukung jenis pekerjaan lainnya, seperti berkebun kelapa, berkebun kopi, kebun cengkeh, berkebun merica, berkebun durian, dan lain-lain. Beternak peternakan. Jenis pekerjaan ini dapat ditransformasikan dengan pekerjaan berburu yang sama tujuannya untuk urusan pemenuhan sumber protein daging. Menangkap ikan perikanan. Manakala keperluan protein daging orang Melayu sudah terpenuhi dengan melakukan perburuan di darat, mereka mencari ikan dengan berbagai aneka ragam alat tangkap pekarangan, seperti jaring, sundang, pengilau, jala, sero atau kolobuik, lukah, kelulung, tajur atau jantang, rawai, guntang, kail, kacau tangguk, tengkalak, tempuling atau serampang, langgai, belat, jermal, bubu, kelong, dll. Alat-alat tangkap ikan ini disesuaikan dengan musim kemarau atau banjir atau musim tengkujuh, waktu, atau alat tangkap yang disesuaikan dengan jenis ikan. Beniro menetek enau dan kelapa atau industri pengolahan hasil pertanian agroindustri. Pekerjaan ini dapat juga wujud dari pengolahan hasil meramu dari dalam hutan atau dari dalam kebun. Mengambil atau mengumpulkan hasil hutan atau laut perhutanan, misalnya; berotan, berkayu, berdamar, berkemenyan, bergaharu, dan pelbagai jenis pekerjaan lainnya yang bersumber dari hutan. Dari dalam hutan bisa juga diperoleh sumber protein daging melalui berburu atau di lautan untuk ikan. Bertukang, jenis pekerjaan ini lebih pada aktifitas menjual jasa tenaga, keahlian, atau kemahiran kerja. Sebagian orang Melayu yang sudah mahir atau pandai bertukang profesional dapat menghasilkan pemenuhan hidup keluarga mereka dari pekerjaan itu. Berniaga perdagangan, berniaga cukup khas pada aspek jual belinya’, kadang dilakukan sepekan sekali, seperti yang dinisbatkan dengan istilah pekan untuk menunjukkan rentang waktu tujuh hari. Bidang pekerjaan ini dapat dilakukan di pelabuhan atau pelantar atau pangkalan atau di tepian mandi, manakala orang berlalu lalang di sungai. Bidang berniaga ini adakalanya dilakukan dengan tukar menukar barang barter sesama penduduk. Laman 1 2
MataPelajaran: Budaya Melayu Riau Satuan Pendidikan: SD/MI Kelas/Semester: IV/Ganjil Tahun Pelajaran: 2021/2022. TUJUAN PEMBELAJARAN. Mengetahui ekologi fisik alam Riau; Memahami fungsi ekologi sungai, suak dan rawa-rawa di Riau; Memahami fungsi dan manfaat sungai, suak dan rawa bagi makhluk hidup di Riau; Mampu mendiskusikan ekologi fisik
Apabiladi daerah yang beradat Melayu dijumpai pemimpin negeri dengan pangkat dan sebutan Datuk maka di daerah yang berada di Minangkabau juga ditemukan pemimpin masyarakat yang bergelar Datuk akan tetapi pengertiannya pun lain dengan yang terdapat dalam masyarakat melayu. Sekian informasi mengenai Riau, Sistem mata pencaharian provinsi Riau. Babini secara tuntas membahas tentang Ekonomi dan Mata Pencarian Melayu Riau. Sistem mata pencarian masyarakat Melayu terlihat dari aktivitas mereka yang menggunakan dan memanfaatkan alam saujana di sekitarnya. Masyarakat Melayu pada umumnya menghuni di tepi empat sungai besar di Riau dan cabang-cabangnya. Terdapatanggapan bahwa beberapa peralatan dan mata pencaharian khas yang masih ditemukan dalam masyarakat melayu riau sekarang ini berasal dari masyarakat melayu bahari. Menurut kajian akademik pengelolaan terumbu karang provinsi riau (dkp, 2004) kondisi terumbu karang di sekitar pulau bunguran berada dalam kondisi "buruk" sampai Tanggukmerupakan alat tradisional penangkap ikan yang biasa digunakan masyarakat Melayu di Riau. Peralatan ini umumnya dibuat dari jalinan bambu, EKONOMI & MATA PENCAHARIAN SUSURI. Tapak Lapan Tapak Lapan adalah sebutan sumber mata pencarian yang terdiri 8 tapak atau titik mata pencarian atau delapan sumber

BABII PEMBAHASAN A. Keaneka Ragaman Mata Pencaharian Masyarakat Melayu Riau Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritasnya menjalankan aktivitas pertanian dan menangkap ikan. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran (mixed farming). Orang Melayu yang tinggal di kota kebanyakannya bekerja dalam sektor dinas, sebagai pekerja

Terdapatanggapan bahwa beberapa peralatan dan mata pencaharian khas yang masih ditemukan dalam masyarakat Melayu Riau sekarang ini berasal dari masyarakat Melayu bahari. Bukti lain menunjukkan bahwa ditinjau dari segi mata pencahariannya, suatu keluarga Melayu bahari jarang sekali bergantung pada satu mata pencaharian , sehingga mereka tidak
\n peralatan mata pencaharian masyarakat melayu riau

SUSURIJUGA: Sastra dan Sastra Melayu Riau. Dalam membuka hutan, unsur tradisi yang berkenaan dengan kebersamaan diberlakukan. Membuka hutan, dilakukan secara bergotong-royong ( piaghi ). Nilai saling membantu dan memberi terwujud pula dalam upacara membuka hutan. Misalnya, dalam memeroleh bibit (tampang) tanaman yang akan ditanam juga

Pakaianharian adalah pakaian yang dipakai oleh orang Melayu setiap harinya, baik masa kanak-kanak, remaja, orang setengah baya maupun orang tua. Pakaian harian ini dipakai untuk melaksanakan kegiatan harian, baik untuk bermain, ke ladang, ke laut, di rumah maupun kegiatan dalam kehidupan di masyarakat. Pakaian Harian Masa Kanak-kanak Laki-laki Ada8 macam mata pencaharian tradisional orang Melayu di Riau: 1. Berkebun, yakni membuat kebun kelapa dan kebun getah. 2. Beladang, yakni menanam padi dan sayuran. 3. Beternak, yakni memelihara ayam, itik, kambing, sapi dan kerbau. 4. Bertukang, yaitu membuat bermacam barang dan bangunan.
\n \n peralatan mata pencaharian masyarakat melayu riau
SCYEp.